Gudang Budidaya Maggot Diduga Limbah Cemari Sumur Warga Sawo Kutorejo, Emak-Emak Tuntut Keadilan

Gudang Budidaya Maggot Diduga Limbah Cemari Sumur Warga Sawo Kutorejo, Emak-Emak Tuntut Keadilan
Streaming.

MOJOKERTO, (majanews.com) – Puluhan warga Didominasi emak emak asal Dusun Pandisari RT 1, RW 8, Desa Sawo, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. telah mendatangi gudang budidaya maggot yang tidak jauh dari pemukiman warga, kedatangan warga untuk meminta pertanggungjawaban terkait dugaan limbah yang dikeluarkan telah mencemari sumur warga, Dirasa gudang tersebut tidak ada sang empu, warga melanjutkan protes di balai Desa setempat. Pada Kamis (17/7/2025) pagi.

Aslikha, saat ditemui majanews.com mengatakan, dirinya meminta keadilan dikarnakan sumur miliknya sekarang air sudah berubah warna dan juga keluar bau tidak sedap. Muncul air berubah warna dan bau sejak ada gudang yang aktif entah produksi apa tak jauh dari rumahnya tersebut.

“Tak udek’e sampean cek eruh yo ndisore ambune buwanger, buwadek mboten Kulo gawe blas gatel pol. Niki butek, banger pol ten sumur metu minyak’e ten sumur minyak tok,” keluh emak emak tersebut dengan mempunyai makna air baunya tidak sedap dan keluar minyak. Saat majanews.com di lihatkan kamar mandi miliknya di Dusun Pandisari Desa Sawo.

Masih keluh emak emak, air sumur miliknya bila di buat mandi membuat kulit gatal-gatal, “Gatel, sampean jemok gatel Niki, Kulo adus gampek wudhu banyu tumbas teros 14 galon sampai 17 galon,” tegasnya. Dalam arti setiap mandi emak emak tersebut beli air galon hingga 17 galon.

Emak emak yang mengaku bernama Aslikha teersebut telah menghitung hari sejak munculnya mata air dirumahnya keluar bau tidak sedap, *Kulo tumbas niki jek kaet baru 3 minggu, bolak-balek kulo niki mboten ngerti nek limbah, kulo niki ndugi sawah nggeh pegel kok jek rusuh ae,” ulasnya dengan nada jengkel.

Aslikha juga menegaskan, soal air keruh dan bau tersebut kalau tercemar limbah di beritahu anaknya, “Anakku sekolah, Bu Iki kenek limbah wong awak ku pliket Kabeh, guwatel temen buk limbah pean delok onok minyak’e,” katanya.

Emak emak tersebut juga menyimpulkan, bahwa sudah 20 tahun air sumur miliknya tidak bermasalah, sejak ada gudang tidak jauh dari rumahnya itu, baru muncul bau dan keruh.

“Mboten masalah dari 20 tahun mboten enten masalah, mboten tau asat, bening kinclong. Lah sakniki rusuh bendino Kulo sat pancet rusuh mboten kengeng di gawe adusi guwatel,nek mboten percoyo sampean Lab, Kulo dikengken nge-Lab, duwek nopo terose sng bersangkutan. Kudu tanggung jawab,” ulas Aslikha.

Lebih lanjut, Aslikha juga berharap pihak yang mempunyai gudang itu di tuntut dan bertanggung jawab, karena air sumur yang ia buat aktivitas sudah berubah warna dan pastinya sulit kembali normal.

“Kepingin Kulo pokok’e nedi dituntut tanggung jawab, seumur hidup mboten saget di nggoni sumur niki terus dospundi Niki pertanggung jawabane,” harap Aslikha.

Ditempat yang sama, Lilik, warga tak jauh dari gudang menuturkan, untuk aktivitas pihak gudang yang ia tahu hanya keluar masuk truk 2 minggu yang lalu, untuk armada keluar memang bau tidak sedap keluar dari gudang itu.

“Soalnya begitu ada truk masuk langsung ditutup pintunya, keluar juga langsung ditutup pintunya, tapi kadang-kadang ada bau menyengat kalau ada truk masuk dan pergi dari situ, tapi saya tidak tau ada apanya disitu, produksi apa saya tidak tau,” jelas emak emak itu.

Untuk sumber air Lilik juga mengupas, bahwa dalam beberapa minggu ini memang air para warga tercemar, “Nah akhir-akhir ini kesumpatan mata air, mata airnya tercemar, sumurnya keruh dan berminyak, itu punyanya Bu As tapi yang pertama kali yang punyanya yang berdekatan itu,” ujarnya. Dalam penjelasan Lilik, kekuwatiran akan tercemarnya mata air juga akan menimpa dirinya.

Terpisah, adanya keluhan warga, Pemerintahan Desa (Pemdes) Sawo telah memanggil pihak pemilik gudang, dan diajak mediasi di balai Desa setempat serta mengundang Forkopimcam Kutorejo. Terlihat lebih 1 jam mediasi, warga terdampak juga terdengar mengutarakan keluhannya di depan Forkopimcam juga sang bos Maggot yang dituding warga telah mencemari sumber mata air warga.

Selesainya bermediasi, majanews.com berhasil meminta komentar Bos Maggot tersebut, ironisnya dia hanya mengaku orang lapangan bukan pemilik gudang budidaya Maggot. Namun, dipertanyakannya logo Abdi Negara Crop Mariner Republik Indonesia yang menempel di gudang ukuran besar tersebut, ia mengatakan bahwa itu yang punya rumah.

“Mungkin yang punya rumah itu, jadi saya disitu cuma kerja gitu lo. Ndak produksi cuma disitu itu saya kan punya usaha bikin soto kakak saya bikin warung soto lah ada sisa-sisa makanan satu ember itu saya kumpulin untuk pakan mentok, jadi ini pak untuk ngumpulin jadi ditempatkan di tong,” jelasnya yang mengaku bernama Nur.

Lebih lanjut, Nur juga menyebut ia hanya pekerja, bukan pemilik, “Saya hanya dilapangan saja bukan pemilik. Iya miliknya Angkatan Laut miliknya Pak Basuki dinas di Jakarta kalau nggak salah,” pungkasnya sambil buru buru meninggalkan balai desa.

Kukuh, Camat Kutorejo Kabupaten Mojokerto juga menjelaskan akan keluhan warga, dan sudah tersampaikan langsung didepan sang penanggung jawab.

“Hasilnya dimediasi ada kesepakatan dari masyarakat ada upaya untuk menyelesaikan masalah, jadi yang punya usaha itu kooperatif jadi nanti kita kawal untuk membuktikan yang disangka oleh masyarakat,” jelas Kukuh Camat.

Disinggung oleh awak media tentang perusahaan apa yang di persoalkan warga, juga tentang pencemaran air sumur warga, ia menjelaskan dengan rinci bahwa persoalan warga perlu pembuktian.

“Bukan perusahaan, mengelola limbah keluarganya yang berjualan soto sama tahu campur. Suara masyarakat, kalau suara seperti itu seharusnya bulan lalu sudah bergerak kalau masalah sungai tercemar, kita tidak men-just itu dari limbah. Seperti rumah saya di Mlirip PT Ajinomoto yang sudah 50 tahun disitu, kadang 3 sampai 4 hari dirumah saya hitam menguning sumur bornya tapi kita tidak bisa men-just itu limbah jadi perlu pendalaman dari Dinas Lingkungan Hidup,” jelas Camat.

Masih dikatakan, Jadi saya minta masyarakat membuat laporan nanti saya teruskan untuk mendata sumur-sumur tersebut. Itu tempat untuk menyimpan atau gudang bukan rumah tapi saat ini kondisinya kosong,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kolis kepala Desa (Kades) Sawo juga mengatakan. Saat muncul persoalan, Ada warga yang mengadu kepada saya bahwasanya beliau sumurnya tercemar diduga imbas dari perusahaan itu tadi setelah itu saya sampaikan kepada beliaunya ya nanti saya tak datang kesana.

“Begitu saya datang kerumahnya Minun memang sumurnya agak menguning gitu, setelah itu saya melangkah ke sebelahnya, disebelahnya tidak seperti itu, terus saya melangkah lagi ke selatan rumahnya Azizah katanya sudah tercemari sumber pencemaran saya tidak tahu yang penting saya tahunya sumber sudah tercemari,” jelas Kolis.

Lebih lanjut, Nah setelah itu pihak yang punya gudang tadi, diberikan solusi diberikan saluran air dari pipa yang dari sumurnya tadi udah gak ada apa-apa kalau menggunakan air dari gudang tadi itu.

“Setelah itu saya mengkroscek ke gudang masuk kedalam apa yang dilakukan yang punya gudang itu, ternyata tidak ada produksi lagi yang dulu sudah berhenti yang dulu diduga produksi pembuatan Magot, dan saya cek kedalam sudah berhenti tidak produksi sudah beberapa bulan yang lalu,” sambung Kolis.

Saya masuk kedalam resapan limbah tidak ada, masih kata Kolis, seperti biasa gudang dan ada mesin penggilingan gitu. Setelah itu saya berusaha menemui dari perwakilan dari perusahaan, tidak ada, tidak lama kemudian beliaunya datang ke kantor Balai Desa.

“Yang datang itu pak Nur katanya orang Watu Tulis, setelah orangnya datang ke kantor dan saya menyampaikan ke beliaunya bahwa ada yang mengeluh mengadu kepada saya yang mana sumurnya tercemar itu akibat perusahaan bapak yang melakukan,” kata Kolis sebelumnya ada protes warga hari ini.

Lebih lanjut, setelah itu beliau menyampaikan, loh pak jangan menuduh kepada saya, loh saya tidak menuduh hanya dugaan oleh warga. Beliaunya menyampaikan kami siap pak kalau limbah dari apa yang saya lakukan saya akan tanggung jawab.

“Sebelum tidak adanya pabrik lingkungan tidak ada yang bergejolak semacam ini, nama perusahaan tidak tahu, tidak pernah izin ke Desa. Begitu saya cek kedalam memang ada bekas penggilingan dan beliau mengemas barang-barang bekas katanya dari pabrik apa gitu seperti drum-drum besar gitu lo,” pungkas Kolis Kades Sawo.(mif/tim)