Sejarah Candi Jolotundo di Kabupaten Mojokerto, Air Petilasan Bisa Mengencangkan Kulit

Streaming

MOJOKERTO (majanews.com) – Jajak sejarah Kerajaan Majapahit di Candi Jolotundo yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto, telah tersebar bahwa Candi Jolotundo yang merupakan tanda cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran anaknya yaitu Prabu Airlangga.

Wisata peninggalan sejarah dari nenek moyang yang terkenal hingga belahan dunia ini tidak asing lagi di telinga kita.

Alamat Candi Jolotundo berlokasi di lereng pegunungan Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Candi Jototundo merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Jolotundo atau yang memiliki sebutan populer lainnya dengan nama Candi Jalatunda merupakan salah satu candi yang memiliki arsitektur bangunan yang sangat megah.

Menurut informasi catatan sejarah Candi Jolotundo, Komplek Pertirtaan tersebut dibuat oleh Raja Udayana yang berasal dari Bali, setelah ia menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Ia memiliki seorang pangeran tampan bernama Airlangga yang lahir pada Tahun 991 M.

Candi Jolotundo berlokasi di lereng pegunungan Penanggungan, tepatnya di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Konon tempat tersebut juga sebagai monumen tanda cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran anaknya yaitu Prabu Airlangga. Dan yang uniknya, mata air yang berada di dalam area Komplek Pertirtaan Candi Jolotundo tidak pernah kering meski sedang musim kemarau tiba.

Mata air yang mengalir di pertirtaan Candi Jolotundo tersebut menjadi mata air yang terbaik nomor 3 yang ada di dunia, untuk kebersihan dan kandungan mineral yang terdapat di dalam air tersebut pada tahun 1996.

Dari pengamatan Direktori Wisata Indonesia, kolam pertitaan yang terdapat di dalam area Candi Jolotundo Mojokerto terdapat dua kolam pemandian yaitu satu kolam digunakan untuk mandi sekaligus berendam sang ratu dan satu kolam lainnya digunakan untuk sang raja. Hingga sekarang pembagian tempat berdasarkan jenis kelamin tersebut masih berlaku bagi pengunjung yang akan melakukan mandi di kolam tersebut.

Menurut mitos yang beredar di masyarakat Jawa yang Direktori Wisata Indonesia dapatkan, mereka menyatakan bahwa di tempat pemandian dekat Candi Jolotundo Mojokerto ini tersebar kabar, “Barang siapa yang mandi di kolam tersebut, maka ia akan memiliki wajah tampan dan cantik layaknya punggawa Istana kerajaan Majapahit.”

Atas dasar mitos tersebut maka tidak heran banyak orang pengalap berkah (mencari berkah) yang mandi di pemandian Jolotundo di zaman sekarang menginginkan kecantikan secantik ratu di jaman Kerajaan Majapahit. Terlepas dari kisah mitos tersebut semuanya dikembalikan penilaian tersebut kembali kepada keyakinan dan kepercayaan kepada induvidu kita sendiri.

Terdapat ratusan ikan dari berbagai jenis hidup dengan liar di dalam kolamnya.

Selain itu di tempat pemandian pertirtaan Candi Jolotundo Mojokerto terdapat ratusan ikan dari berbagai jenis hidup dengan liar di dalam kolamnya. Namun menurut informasi yang Direktori Wisata Indonesia peroleh, tidak ada warga yang berani mengambil ikan yang terdapat di dalam kolam tersebut. Konon jika mengambil ikan yang terdapat di pemandian Jolotundo tersebut akan terkena bencana.

Jolotundo Situs candi pemandian bersejarah yang sumber airnya dipercaya keramat dan memiliki khasiat.

Khasiat air pemandian Jolotundo juga diyakini semua orang, saat majanews.com berbincang dengan seorang Ibu satu anak berusia 35 tahun asal Kota Pasuruan itu mengaku rutin pergi ke Jolotundo setahun sekali bahkan sampai 3 kali. Dia mempercayai, air Jolotundo bisa mengencangkan kulit dan membuat wanita semakin cantik. “Katanya sih biar awet muda kalau mandi di disini,” ucapnyq.

Candi Jolotundo Pada malam 1 Muharam atau 1 Suro tepat pada bulan purnama, biasanya di Candi Jolotundo banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik itu untuk memandikan benda pusakanya atau sekedar mandi di kolam dekat Candi Jolotundo tersebut.

Pengunjung yang datang ke Candi Jolotundo Mojokerto pada malam 1 Muharam atau 1 Suro pada umumnya mereka akan melakukan ritual dengan bertujuan untuk ngalap berkah. Berkah yang diharapkan oleh pengunjung wanita adalah untuk menambah kecantikan dan awet muda layaknya ratu-ratu Majapahit.(dol/tim)